Minggu, 25 Maret 2012

Rahasia Otak Einstein


        Siapa yang tidak kenal Albert Einstein, ilmuwan yang lahir di Ulm, Kerajaan Württemberg, Kerajaan Jerman, 14 Maret 1879 – ilmuwan fisika teoretis yang dipandang luas sebagai ilmuwan terbesar dalam abad ke-20. Dia mengemukakan teori relativitas dan juga banyak menyumbang bagi pengembangan mekanika kuantum, mekanika statistik, dan kosmologi serta dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Fisika pada tahun 1921 untuk penjelasannya tentang efek fotoelektrik dan “pengabdiannya bagi Fisika Teoretis”.

         Dibalik kejeniusan seorang Eintein tentunya tidak terlepas dari otak yang berbeda dengan otak orang – orang pada umumnya. Oleh karena itu para peneliti berusaha menguak rahasia dibalik kejeniusan Einstein.
Pada pertengahan 80-an, Dr. Diamond mantan kepala Lawrence Hall of Science di Universitas California Berkeley mendapat kehormatan untuk membedah dan mempelajari otak Albert Einstein. Dr Diamond menggunakan petunjuk dari kata kata Einstein sendiri, Einstein pernah berkata bahwa ketika ia tenggelam dalam pikirannya , kata - kata tidak pernah bermain dalam renungan batinnya. Bahkan menurutnya pikiran- pikirannya adalah kombinasi dari “tanda-tanda tertentu dan gambar-gambar yang kurang lebih jelas”. Dengan kata lain, pikiran Einstein yang paling produktif dihasilkan dari fungsi kognitif yang terkait secara fisual dan sangat abstrak. Karena itu Dr.Diamond memutuskan untuk memusatkan studinya pada bagian khusus otak Einstein yang terkait erat dengan pencitraan dan pemikiran abstraknya: lobus prefrontal superior dan lobus parietal inferior. Waktu mempelajari otak Einstein, Dr. Diamond juga membandingkan dengan sebelas otak manusia lainnya yang secara intelektual dinilai rata-rata dan meninggal pada usia yang relatif sama dengan Einstein, 76 tahun.

        Apa yang ditemukan Dr. Diamond adalah bahwa secara fisik tidak terdapat pebedaan yang berarti antara otak Einstein dengan sebelas otak lainnya, dengan satu pengecualian yang sangat menarik. Bagian yang menarik itu adalah kenyataan bahwa pada satu daerah pada otak Einstein, terdapat sejenis sel tertentu yang berjumlah sangat banyak. Daerah tersebut disebut dengan Area 39, terletak pada lobus parietal inferior ( bagian dari neokarteks yang terletak di sebelah atas belakang otak kita ).

          Jelaslah bagi Dr. Diamond bahwa Einstein memiliki Area 39 yang sangat berkembang. Dia dan para peneliti lainnya percaya bahwa area 39 adalah situs yang paling canggih dan paling berkembang (highly evolved) dalam otak kita. Jika ada kerusakan pada bagian ini, orang akan mengalami kesulitan dalam pencitraan abstrak, mengingat, perhatian dan kesadaran diri. Secara garis besar mereka akan kesulitan dalam membaca, mengenali huruf, mengeja atau menghitung. Mereka juga akan kesulitan dalam menyatupadukan masukan yang diperoleh melalui penglihatan, pendengaran atau perbuatan. Pendeknya, bila area 39 ini rusak orang akan kehilangan banyak potensi intelektualnya. Sel spesial yang terdapat dengan jumlah yang sangat banyak pada area 39 otak Einstein ini adalah sel glian. Bagi Dr. Diamond, inilah temuannya yang paling penting. Sel glian sebetulnya sangat umum terdapat dalam otak. Bahkan glian adalah sel ”bagian rumah tangga” bukan “sel pemikir”. Tugasnya adalah mendukung proses metabolisme neuron-neuron “pikiran”.

          Einstein memiliki sel pemeliharaan ini dalam jumlah yang sangat banyak, jauh lebih banyak daripada sel “pemikir”. Bagi Dr. Diamond, ini berarti sel “pemikir” pada Area 39 otak Einstein membutuhkan dukungan metabolis yang sangat besar. Karena sel - sel itu melakukan pekerjaan yang teramat berat yakni berpikir berat. Jumlah sel glian yang sangat banyak ini secara signifikan memperbesar Area 39 otak Einstein.

           Tampaknya, Einstein mungkin dilahirkan dengan otak yang brillian, sangat kaya dengan kecerdasan cair. Kecerdasan cair adalah ukuran efisiensi kerja otak bukan ukuran jumlah fakta yang tarsimpan di dalamnya. Begitu juga, kejeniusan Einstein tampaknya bukan saja hasil dari anugerah Tuhan berupa kecerdasan cair yang ada di otaknya, tetapi juga adalah hasil dari apa yang diperbuat Einstein terhadap otaknya. Ia telah berhasil memaksimalkan bagian terpenting otaknya dengan melatihnya secara mental.Ia adaah seorang “atlet mental” yang “berlatih keras” sepanjang hidupnya.

0 komentar:

Posting Komentar